Selasa, 29 Desember 2009

ebook membongkar gurita cikeas

buku yang akhir-akhir ini marak di bicarakan oleh masyarakat karena pencekalan buku tersebut telah membuatku penasaran apasih isi buku tersebut dan akhirnya setelah berhari-hari mencari di internet akhirnya dapat juga ebooknya walaupun cuma format pdf, bagi kawan-kawan yang ingin membacanya silahkan download di sini atau klik download di akhir postingan ini

download ebook membongkar gurita cikeas




SELENGKAPNYA - ebook membongkar gurita cikeas

Minggu, 27 Desember 2009

Ebook Bung Karno by cindy adams

siapa yang tidak kenal sang singa podium ini, seorang proklamator indonesia.... dan presiden pertama indonesia, aku memposting ebook ini hanya ingin menyegarkan ingatan kita tentang bung karno yang kita pelajari di waktu SD namun bukan berarti anak SD lebih tau dari pada kita orang dewasa hehehehe.....
aku tidak perlu terlalu banyak menjelaskan tentang ebook ini karena saya tahu pasti teman-teman sudah mengetahui garis-garis besar dari perjalanan hidup sang singa podium ini.
silahkan kawan-kawan download ebooknya di sini atau klik download ebook pada akhir postingan ini

download ebook



SELENGKAPNYA - Ebook Bung Karno by cindy adams

Ebook Che Guefara dan Revolusi Kuba

ini ebook aku posting karena kemarin di kampus aku melihat seorang mahasiswa dengan bangganya memakai kaos hitam dan terpampang di dadanya gambar seorang che guefara dan berbicara dengan mahasiwa-mahasiswa lainnya tentang pergerakan di kampus, aku sih bangga dengan adanya mereka karena merekalah yang dapat merubah situasi di dalam kampus yang dikuasai oleh birokrat kampus yang seenaknya menaikkan uang kuliah padahal aku mahasiswa rantau yang mempunyai uang paspasan hehehehe...... lalu sang mahasiswa ini menghampiriku dan berkata kita demo besok yuk... aku sih iya aja karena itu kemauanku udah lama nih.. aku ngga ikut demo karena aktifitasku di luar kampus... namun sebelum dia pergi akupun bertanya sama mahasiswa tersebut.... bang... siapa sih che guefara itu??? diapun melongo.. dan tidak tau mau jawab apa... aku pun bingung dan segera pamit untuk pergi karena tidak mau dia malu karena telah tersudut oleh pertanyaanku...
nah akhirnya aku memposting ebook ini agar tidak ada lagi orang seperti mahasiswa itu... memakai baju yang terdapat gambar che guefara namun tak tau siapa itu che guefara hehehehehe.....
ok kawan-kawan silahkan aja download ebook che guefara dan revolusi kuba karya Mike Gonzales di sini atau klik download ebook di akhir postingan ini,

pesan: janganlah kalian memakai atau menggunakan suatu logo atau gambar seseorang tanpa mengetahui makna dari logo tersebut atau sejarahnya

DOWNLOAD EBOOK



SELENGKAPNYA - Ebook Che Guefara dan Revolusi Kuba

ebook tafsir mimpi

mimpi merupaka suatu hal yang membuat banyak orang menebak-nebak kejadian di hari esok dan ebook ini akan membantu anda bagaimana menafsirkan mimpi anda, bagi saya mimpi merupakan sesuatu yang di luar kendali alam sadar kita, sesuatu yang tak bisa kita kendalikan, mimpi juga mempunyai banyak arti dan tafsiran, namun saya tidak menganjurkan anda untuk percaya pada mimpi ataupun pada tafsir ini karena semua tergantung pada anda mau percaya atau tidak
ok kawan-kawan tidak perlu muluk-muluk silahkan aja download ebooknya di sini atau klik download ebook di akhir postingan ini,
buat kawan-kawan yang yang mempunyai ebook menarik dan ingin berbagi dengan seluruh anak bangsa indonesia demi mencerdaskan kehidupan bangsa silahkan aja hubungi saya di ym saya
yo.....silahkan download ebooknya

download ebook


SELENGKAPNYA - ebook tafsir mimpi

Kamis, 24 Desember 2009

ebook lepas dari penjara pikiran

ebook lepas dari penjara pikiran adalah salah satu buku terkenal man's search for meaning karya viktor franki yang menawarkan cara mencari makna hidup telah menginspirasi jutaan orang. kini alex pattakos, murid frankl menunjukkan bagaimana pemikiran frankl, bisa membantu kita menemukan makna di dalam pekerjaan kita
di susun berdasarkan karya-karya frankl, pattakos mengupas secara terperinci 7 prinsip inti mencari makna kerja, melalui sejumlah cerita, contoh dan latihan yang merangsang pikiran, pattakos menerapkan tiap-tiap prinsip tersebut ke dalam berbagai situasi kerja sehingga anda bisa segera memahami prinsip-prinsip itu sekaligus mengetahui kapan dan bagaimana menerapkannya
ebook yang di terjemahkan dari buku berbahasa aslinya prisoners of our thoughts: viktor frankl'fo s principles at work karya alex pattakos yang di terjemahkan oleh lala herawati dharma pada tahun 2006 dan diterbitkan oleh PT. Mizan Pustaka dengan cetakan pertama pada tahun 2006.
buat kawan-kawan yang terpenjara dengan pikiran-pikiran karena banyaknya masalah di kantor atau tempat kerja anda, kayanya ebook ini cocok buat anda, tanpa basa basi silahkan download ebooknya di sini atau klik tulisan download di bawah
buat kawan-kawan jangan lupa komentarnya dan sering-sering aja berkunjung di blog ini karena masih banyak ebook-ebook yang menarik lainnya yang akan saya berikan kepada anda semua

Download Ebook



SELENGKAPNYA - ebook lepas dari penjara pikiran

Rabu, 23 Desember 2009

buruk baiknya berkahwin dalam agama

Nikah kahwin memainkan peranan yang amat penting dalam kehidupan manusia. Perkara inilah diperhitungkan dalam hidup beragama segala buruk baiknya hendaklah dikira.

Memandangkan bahawa Allah ada berfirman seperti termaktub dalam Al-Quran iaitu"Tidak dijadikan manusia dan jin melainkan untuk mengabdikan diri kepada Allah," maka baiknya berkahwin atau beristeri itu ialah; Pertama; dengan itu hamba-hamba Allah akan bertambah ramai. Golongan Alim ulama ada menyatakan iaitu menjalankan tugas-tugas beranak isteri itu lebih baik dari menjalankan ibadah-ibadah sunnah. Kedua; nikah kahwin itu ada baiknya, seperti sabda Nabi iaitu doa anak-anak itu akan memberi faedah kepada ibu bapanya, apabila ibu bapa itu meninggal dunia; dan anak-anak yang meninggal dunia sebelum ibu bapanya akan memberi pertolongan atau syafaat kepada ibu bapa mereka di hari perbicaraan di akhirat kelak. Sabda Nabi, "Apabila seoramg anak disuruh memasuki syurga, anak itu menangis dan berkata, "Saya tidak akan masuk tanpa ibu bapa saya." Diriwayatkan bahawa satu hari Nabi memegang tangan baju seorang lelaki dan dengan keras menariknya kepada dirinya, sambil berkata, "Beginilah anak-anak kecil menarik ibu bapa mereka masuk ke syuga". Sambung baginda lagi, "Anak -anak berkumpul di pintu syurga dan mereka berteriak memanggil ibu bapa mereka sehingga ibu bapa mereka yang di luar itu disuruh masuk ke syurga bersama mereka." Adalah diriwayatkan iaitu seorang Wali Allah yang membujang bermimpi tentang hari perbicaraan di akhirat.

Matahari hampir benar dengan bumi, dan manusia kehausan yang amat sangat. Sekumpulan anak lelaki pergi ke sana dan ke mari memberi air kepada orang-orang yang dahaga itu. Air itu terisi dalam bekas-bekas emas dan perak. Apabila Wali Allah itu meminta sedikit air, permintaan tidak diperkenankan. Seorang daripada anak-anak itu berkata kepadanya, "Tidak ada anak tuan di sini". Setelah ia terjaga dari mimpi itu, ia pun terus membuat persiapan untuk kahwin. Satu lagi baiknya beristeri itu ialah melegakan fikiran tatkala duduk bersama bersenda gurau dengan isteri itu dan ini merehatkan fikiran setelah berpenat lelah menjalankan tugas-tugas ibadah. Setelah berehat itu bolehlah kembali beribadat dengan semangat yang baru. Bahkan Nabi sendiri, apabila baginda terasa berat dengan wahyu yang diturunkan kepadanya, akan berkata kepada isteri baginda Aisyah, "Bercakaplah denganku! wahai Aisyah; bercakaplah denganku!" Setelah berbual bersama dengan isterinya itu baginda mendapat kekuatan menanggung beban wahyu yang baru pula. Oleh sebab yang sama juga, beliau selalu menyuruh Bilal berazan dan kadang-kadang baginda menghidu bauan-bauan yang harum wangi.

Telah masyur sabda beliau, "Saya cinta tiga perkara dalam dunia ini, iaitu bauan-bauan yang harum wangi; perempuan; dan kelazatan dalam senbahyang." Satu ketika Umar bertanya kepada Nabi; Apakah perkara dalam dunia ini yang sepatutnya dicari, baginda menjawab, "Lidah yang sentiasa menyebut nama Allah, hati yang bersyukur, dan isteri yang beriman." Selanjutnya, baiknya beristeri itu ialah ada orang yang akan menjalankan urusan rumah tangga, seperti memasak, membasuh, menyapu rumah dan lain-lain. Jika lelaki sibuk dengan kerja-kerja itu, maka tidaklah cukup masa menuntut ilmu; menjalankan peniagaan, atau beribadah dengan sewajarnya. Kerana itulah Abu Sulaiman berkata, "Isteri yang baik itu bukan saja satu berkat di dunia ini tetapi juga di akhirat, kerana isteri itu membuat fikiran lebih rehat dan tenang dan dalam keadaan itu dapat memikirkan hari akhirat." Satu dari kata-kata Omar ialah; "Selepas imam, tidak ada kebaikan yang melebihi isteri yang baik." Berkahwin atau beristeri itu ada baiknya iaitu bersikap sabar dengan sifat-sifat perempuan, menyediakan keperluan-keperluan yang dikehendaki oleh isteri, dan membawa mereka ke jalan ugama, adalah bahagian-bahagian yang paling penting dalam ugama Islam. Nabi pernah bersabda, "Memberi kepada isteri itu wang yang diperluinya adalah lebih penting dari memberi sedekah".

Suatu ketika, apabila Ibni Mubarak sedang menjalankan kempen peperangan dengan orang-orang kafir, seseorang daripada sahabatnya bertanya kepada beliau, "Adakah kerja yang lebih mulia dari perang sabir Allah?" jawab Ibni Mubarik, "Ya ada, iaitu memberi makanan dan pakaiann kepada isteri dan anak-anak sewajarnya." Seorang Wali Allah bernama Basyar Hafi berkata, "Ada lebih baik seorang itu bekerja untuk isteri dan anaknya, tidak hanya untuk dirinya sahaja." Dalam satu Hadis ada dinyatakan setengah daripada dosa-dosa itu boleh dihapuskan oleh susah payah menyelenggarakan keluarga sendiri. Diceritakan bahawa seorang Wali Allah telah kematian isteri. Beliau tidak mahu kahwin lagi walaupun orang menyuruhnya berbuat demikian. Kata beliau dia lebih mudah menumpukan fikiran nya jika keseorangan. Satu malam beliau melihat dalam mimpi pintu syurga terbuka dan banyak malaikat turun. Mereka datang hampir dan melihat kepadanya. Seorang mereka berkata, inikah dia orang yang mementingkan diri sendiri saja itu?" Kawannya menjawab, "Ya inilah dia". Wali Allah itu takut hendak bertanya siapakah mereka yang dimaksudkan mereka itu. Kemudian seorang kanak-kanak lalu berhampiran dengannya. Wali Allah itu bertanya siapakah yang mereka maksudkan itu. Kanak-kanak itu menjawab, "Engkaulah yang mereka maksudkan itu.

Adalah hanya seminggu dulu amalan baikmu telah dirakamkan di Syurga bersama-sama dengan auliya Allah lain, tetapi sekarang nama engkau telah dipotong dari senarai nama-nama itu." Wali Allah itu bergoncang fikirannya. Apabila terjaga beliau pun bersedia berkahwin semula. Dari segala tersebut di atas itu, maka nampaklah betapa kahwin atau beristeri itu amatlah diperlukan. Buruk dan Kurang Baiknya Berkahwin. Sekarang kita bicarakan pula tentang buruk atau kurang baiknya beristeri atau berkeluarga itu. Satu daripada tidak baiknya ialah ada kemungkinan si suami mencari wang dengan cara haram untuk memberi nafkah hidup bagi keluarganya dan dengan ini dosanya itu payah hendak ditampung walau pun dengan amal-amal kebaikkan yang baik. Nabi ada bersabda iaitu di akhirat kelak ada orang yang seperti gunung banyak amal solehnya dibawa dan diletakkan dikah mizan (neraca yang mempertimbangkan amal baik dan amal jahat yang didirikan di hari perbicaraan di akhirat kelak). Orang itu akan ditanya, "Bagaimana engkau menanggung keluargamu?" Orang itu tidak dapat memberi jawapan yang memuaskan, dan semua amal sholehnya akan dimansuhnya dan perisytiharan akan dibuat baginya, "Inilah orang yamg semua amal solehnya telah dimakan oleh keluarganya". Lagi satu kurang baiknya ialah melayan keluarga dengan baik dan sabar dan menjaga hal ehwal mereka dengan memuaskan hati hanya boleh dilakukan oleh orang yang berakhlak mulia. Inilah satu bahaya yang besar kerana mungkin seseorang itu melayan kelakuannya dengan kasar atau tidak memperdulikan mereka; dan ini membawa dosa kepada dirinya.

Nabi Muhammada SAW. pernah bersabda; "Orang yang meninggalkan isteri dan anaknya adalah seperti hamba lari. Sembahyang dan puasanya tidak akan diterima Allah sehingga dia kembali kepada mereka" Pendeknya manusia itu ada tabiat yang rendah itu, maka lebih baik jangan ada tanggungjawab mengkontrol orang lain. Seorang bertanya kepada Wali Allah Bashir Hafi kenapa ia tidak beristeri. Beliau menjawab; "Saya takut ayat Allah seperti yang tersebut dalam ayat Al-Qur'an iaitu; "Haq perempuan ke atas lelaki adalah sama dengan haq lelaki ke atas perempuan." Yang ketiga tidak baiknya berkahwin itu ialah menjaga keluarga itu biasanya menggangu seseorang itu untuk menumpukan hatinya kepada Allah dan hari akhirat. Kalau dia tidak berhati-hati mungkin itu membawa kerosakan, kerana Allah ada berfirman; "Janganlah hendaknya isteri dan anak-anak kamu itu memalingkan dari mengingati Allah." Siapa yang menganggap dengan tidak kahwin itu lebih baik dan sanggup menumpukan fikirannya kepada tugas-tugas agama, maka lebih baiklah tinggal membujang sahaja; dan siapa yang takut membuat dosa jika ia tidak kahwin, maka lebih baiklah berkahwin. Memilih Isteri Yang Baik Sekarang sampailah masanya kita mengkaji pula faktor-faktor yang kita hendak cari pada perempuan yang hendak dijadikan isteri. Yang paling penting ialah kesuciannya atau kehormatannya.

Jika isteri itu tidak suci atau buruk perangai dan telah rosak, dan suaminya berdiam diri; maka suami itu mendapat nama yang tidak baik dan terhalang dalam peribadatannya. Jika suami bercakap, hidupnya menjadi pahit. Jika isteri itu dicerai, si suami akan merasai azabnya berpisah. Isteri yang cantik tetapi bersifat jahat adalah satu celaka yang besar. Isteri yang seperti itu patut diceraikan. Nabi pernah bersabda; "Orang yang mencari isteri kerana kecantikkan atau harta bendanya akan kehilangan kedua-keduanya itu." Faktor yang kedua ialah perangai yang baik yang baik. Isteri yang berperangai buruk tidak berterima kasih, suka cerewet yang suka memerintah suami menjadi suami susah dan tidak akan sanggup suami menahan kesusahan itu; dan juga akan menghalang suami menurut kehidupan beragama yang suci. Faktor yang ketiga dicari ialah kecantikkan atau lawannya. Dan sifat ini membawa kepada rasa cinta dan kasih sayang. Oleh itu, sebelum mengahwini seseorang perempuan itu, maka perlulah ia dilihat terlebih dahulu. Nabi Muhammad S.A.W. pernah bersabda; "Perempuan dari puak itu jahat matanya; siapa yang ingin mengkaji mereka hendaklah melihat mereka dahulu." Orang yang bijak pandai ada berkata iaitu sesiapa yang mengkaji perempuan tanpa melihatnya terlebih dahulu akan menyesal kemudiannya. Memang benarlah seseorang itu janganlah mengahwini perempuan semata-mata kerana cantiknya sahja, tetapi ini tidak bererti pula cantik atau lawannya itu tidak dikira langsung. Perkara keempat yang penting ialah meskipun mas kahwin atau mahar yang dibayar oleh lelaki kepada perempuan yang hendak dinikahinya itu hendaklah sederhana, Nabi pernah bersabda; "Isteri yang paling baik itu ialah yang sedikit mahar dan cantik parasnya."

Baginda sendiri pernah menjelaskan mas kahwin atau maharnya dengan sepuluh dirham sahaja, dan anak gadis beliau sendiri maharnya tidak lebih daripada empat ratus dirham. Yang kelima, perempuan itu janganlah mandul. "Sekeping tikar lama yang terletak di penjuru rumah adalah lebih baik dari isteri yang mandul." demikianlah satu hadis menyatakan. Lain-lain faktor yang patut ada perempuan yang hendak dinikai ialah perempuan itu hendaklah dari keluarga yang baik-baik. Hendaklah belum pernah dinikahi dan tidak terlampau dekat tali persaudaraannya dengan bakal suami. Berkenaan Dengan Nikah Kahwin. Nikah kahwin adalah intitusi(adat istiadat) keagamaan den hendaklah digalurkan secara agama. Jika tidak, perhubungan lelaki dan perempuan akan menjadi tidak lebih dari perhubungan binatang. Syariat mengharuskan supaya diadakan kenduri kahwin. Apabila Abdul Rahman bin Auf berkahwin, Nabi bersabda kepada beliau; "Buatlah kenduri walaupun engkau ada seekor kambing." Apabila Nabi sendiri berkahwin dengan Sufiah, baginda berbuat kenduri dengan jamuan buah tamar dan barli. Upacara perkahwinan itu bolehlah diiringi dengan pukulan gendang dan alat-alat muzik kerana manusia itu adalah mahkota kejadian atau makhluk yang paling tinggi. Yang kedua, suami itu hendaklah berbaik-baik dengan isterinya. Ini tidaklah bererti si suami tidak boleh langsung menyusahkan isterinya, tetapi ia mestilah sanggup bersabar menahan perbuatan isterinya yang mungkin menimbulkan perasaan marahnya.

Perempuan itu dijadikan lemah dan tidak boleh diperdedahkan. Oleh itu lelaki hendaklah bersabar menjaga mereka dan janganlah mereka menonjolkan sangat-sangat dirinya. Nabi pernah bersabda; "Siapa yang bersabar terhadap perbuatan isterinya yang tidak disukainya adalah sama seperti Nabi Ayub yang sabar menanggung segala ujian." Tatkala baginda berbaring hampir hendak kembali ke Rahmatullah terdengar baginda bersabda; "Teruskan sembahyang dan layanlah isterimu dengan baik kerena mereka itu adalah orang tahanan kamu." Baginda sendiri bersabar sekali terhadap tindak-tanduk siteri-isteri baginda. Suatu hari isteri Umar sangat marah dan lantas memaki Umar. Umar berkata kepada isterinya; "Lidah kau jahat. Engkau jawab aku ya!." Isterinya menjawab; Ya Tuhan! Rasul itu lebih baik dari kamu". dan isterinya menjawabnya. Umar berkata; "Aduhai Hafsah(anak perempuan Umar dan isterinya Rasulululah SAW.) kenapa dia merendahkan dirinya?." Apabila beliau berjumpa dengannya, beliau berkata; "Janganlah engkau menjawab perkataan Nabi." Nabi juga bersabda; "Orang yang paling baik itu ialah orang yang berbaik-baik dengan keluarganya kerena Aku pun orang yang paling baik dengan keluargaku." Yang ketiga, si suami hendaklah jangan menghalang kesukaan dan hiburan isterinya. Nabi sendiri suatu ketika berlumba lari dengan isterinya Aisyah.

Pada mulanya Nabi mendahuli isterinya, dan kali keduanya isterinya mendahuluinya. Suatu ketika baginda mengangkat isterinya itu dengan tangannya agar dapat Aisyah melihat beberapa orang Negro sedang bertemasya. Bahkan tidak ada orang yang paling baik kepada isterinya sebagaimana Nabi Muhammad SAW. Orang yang bijak pandai pernah berkata; "Si suami itu hendaklah pulang ke rumah dengan senyum dan makan apa yang ada, dan janganlah meminta apa yang tidak ada." Walau bagaimanapun janganlah terlalu berlemah-lembut agar isteri tetap menghormati si suami. Jika dilihat isterinya itu berbuat perkara yang tidak benar, maka si suami hendaklah menegurnya. Jika tidak, jadilah si suami itu tempat ketawa orang sahaja. Dalam Al-Qur'an ada termaktub; "Lelaki itu hendaklah kedudukannya lebih sedikit dari perempuan." Dan Nabi Muhammad SAW. ada bersabda; "Sengsaralah lelaki yang menjadi kuli isterinya." Sepatutnya si isteri itulah yang menjadi orang bawah suaminya. Orang bijak pandai ada berkata; "Berundinglah dengan perempuan dan tidaklah berlawanan dengan apa yang mereka nasihatkan." Sebenarnya ada sesuatu yang jahat pada perempuan. Jika mereka dibenarkan juga, maka mereka tidak akan terkawal lagi dan payahlah mereka dikawal lagi. Melayan mereka itu hendaklah dengan keras di samping lembut, tetapi hendaklah dilebihkan lembut itu.

Nabi pernah bersabda; "Perempuan itu dibentuk dari tulang rusuk yang bengkok. Jika kamu cuba meluruskannya, dia akan bertambah bengkok lagi; Oleh itu layanlah mereka dengan lembut." Berkenaan dengan sopan santun, seseorang itu tidak boleh terlalu hati-hati hingga si isteri itu tidak boleh melihat atau dilihat oleh orang lain. Kerana permulaan maksiat itu adalah dari mata, seberapa boleh janganlah si isteri hendaklah jangan dibenarkan pergi ke luar rumah, atau pergi ke atas Satah atau berdiri di pintu. Berhati-hatilah supaya jangan sampai terlalu cemburu dan keras sangat terhadap isteri. Nabi Muhammad SAW. pernah bertanya kepada anaknya Fatimah; "Apakah yang paling baik bagi wanita?" Fatimah menjawab, "Perempuan itu hendaklah jangan melihat orang yang tidak dikenali dan jangan juga orang yang tidak dikenali melihat mereka." Nabi berpuas hati dengan jawaban itu dan memeluknya sambil bersabda; "Sesungguhnya engkau adalah sebahagian daripada hatiku." Amirul Mukminin Umar pernah berkata; "Jangan beri perempuan kain baju yang cantik kerana mereka akan keluar rumah setelah memakai kain baju yang cantik itu." Di zaman Rasulullah SAW. dahulu kaum perempuan dibenarkan pergi ke mesjid dan berdiri di barisan belakang sekali dalam jamaah itu, tetapi ini telah dilarang kemudiannya. Si suami itu hendaklah memberi wang secukupnya kepada isterinya, dan jangan terlampau kedekut. Memberi kepada isteri itu penyelenggaraan sewajarnya adalah lebih baik dari memberi sedekah.

Nabi pernah berkata; "Sekiranya seseorang itu membelanjakan satu dirham untuk Perang SabiluLlah. Satu dinar lagi menebus hamba abdi. Satu lagi menderma lagi untuk kebajikan dan yang keempat kepada isterinya. Maka yang keempat ini melebihi baiknya dari semua yang ketiga itu dikumpulkan sekali." Si suami itu janganlah memakan terutamanya sekali benda-benda yang baik berseorangan. Jika ia memakannya, ia hendaklah berdiam diri dan janganlah memuji makanan itu di hadapan isterinya. adalah lebih baik bagi suami dan isteri itu makan bersama, jika tetamu tidak ada hadir. Nabi pernah berkata; "Apabila mereka berbuat demikian, Allah akan menurunkan Rahmat kepada mereka dan malaikat mendoakan mereka." Perkara yang paling penting ialah benda yang diberikan kepada isteri itu hendaklah diperolehinya dengan cara yang halal. Jika si isteri itu menderhaka dan tidak patuh, maka si suami menasihatinya dengan baik. Jika ini tidak mencukupi, dia hendaklah tidur berasingan dengan isterinya selama tiga malam. Jika inipun tidak mencukupi, maka bolehlah ia dipukul tetapi tidak memukul mulut atau terlampau kuat hingga mencederakannya. Jika si isteri lalai dengan tugas-tugas agamanya, maka si suami hendaklah menzhohirkan rasa tidak sukanya kepada isterinya selama sebelum sembuh sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi pada suatu masa kepada semua isterinya.

Seboleh-bolehnya penceraian hendaklah dielakkan meskipun penceraian itu dibolehkan, namun begitu Allah tidak menyukai "Cerai" itu kerana perkataan itu sendiri menyakiti hati perempuan. Adakah baik menyakiti seseorang? Apabila penceraian diperlukan benar, janganlah dibuat tiga sekali gus. Perempuan itu hendaklah diceraikan dengan secara baik bukan dengan marah dan bukan dihina dan bukan pula tanpa sebab. Setelah dicerai, si lelaki itu hendaklah memberi hadiah kepada perempuan yang dicerainya itu dan janganlah diberitahu kepada orang lain sebab apa ia diceraikan. Ada seorang yang hendak mencerai isterinya, orang bertanya kepada beliau; "Kenapa tuan ceraikan ia?" Beliau menjawab; "Saya tidak akan membukakan rahsia isteriku." Apabila ia telah benar-benar menceraikan isterinya, beliau ditanya lagi kenapa isterinya itu diceraikan. Beliau menjawab; "Sekarang ia adalah orang asing kepada saya, dan saya tidak ada tahu menahu tentang dia lagi." Kita telah bincangkan berkenaan haq isteri kepada suami. Maka hak suami kepada isteri itu adalah lebih terikat lagi. Nabi Muhammad SAW. pernah bersabda; "Jikalah dibolehkan menyembah selain dari Allah, maka patut benarlah si isteri menyembah suaminya." Si isteri janganlah membanggakan kecantikkan di hadapan suaminya. Janganlah si isteri membalas kebaikan suaminya dengan kejahatan. Si isteri janganlah berkata kepada suaminya; "Kenapa kamu melayan aku sekian-sekian?" Nabi bersabda; "Saya melihat neraka dan ternampak banyak perempuan di situ. Saya bertanya kenapa begitu. Maka terdengar jawaban. Jawapannya ialah mereka itu derhaka kepada suami dan tidak membalas kasih kepada suami mereka."




SELENGKAPNYA - buruk baiknya berkahwin dalam agama

sikap muslim terhadap perayaan hari ibu

Oleh: Syaikh Muhammad Bin Shalih Al Utsaimin

Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin Rahimahullah ditanya tentang hukum perayaan Hari Ibu. Beliau Menjawab:

Sesungguhnya setiap perayaan yang menyelisihi perayaan-perayaan yang disyari'atkan adalah perayaan bid'ah yang tidak dikenal pada masa Salafush Shalih dan terkadang berasal dari kalangan non Islam, sehingga disamping bid'ah terdapat penyerupaan dengan gaya hidup musuh-musuh Allah Subhanahu Wata'ala. Perayaan-perayaan yang disyari'atkan dan dikenal dalam Islam adalah Idul Fithri, Idul Adha, Idul Usbu' (hari Jum'at) dan tidak dikenal dalam Islam selain ketiga perayaan tersebut.

Setiap pesta perayaan selain ketiga perayaan tersebut (Idul Fitri, Idul Adha, Hari Jum'at -red) maka sia-sia dan batal demi syari'at Allah, berdasarkan sabda Nabi Sholallahu 'Alaihi Wasallam (yang artinya), "Barangsiapa yang membuat perkara baru dalam urusan kami, sesuatu yang bukan berasal darinya maka tertolak". Yakni sia-sia dan tidak diterima disisi Allah Subhanahu Wata'ala, dan dalam lafadz yang lain, "Barangsiapa beramal tanpa ada tuntunan dari kami maka tertolak."

Apabila telah jelas perkaranya maka tidak boleh mengadakan perayaan Hari Ibu seperti dalam pertanyaan di atas, tidak boleh pula menampakkan keceriaan dan kebahagiaan di hari tersebut layaknya perayaan sebuah hari raya seperti pemberian hadiah dan semisalnya. Wajib atas setiap muslim untuk merasa mulia dan bangga dengan agamanya dan mencukupkan diri di atas ketetapan Allah dan Rasul-Nya di dalam agama yang lurus yan telah diridhai Allah Subhanahu Wata'ala untuk hamba-hamba- Nya, maka tidak boleh seorang muslim menambah atau menguranginya.

Dan seyogyanya setiap muslim tidak menjadi pengekor kepada setiap propaganda namun semestinya dia menempa kepribadiannya dengan kandungan syari'at Allah Subhanahu Wata'ala sehingga menjadi contoh dan teladan bukan sebagai pengekor, karena syari'at Allah -wal hamdulillah- sempurna dari berbagai sisinya sebagaimana firman Allah subhanahu Wata'ala (yang artinya),

"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian dan telah Kucukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam sebagai agama kalian" (Al Maidah:3)
Seorang IBU tidak cukup diperlakukan dengan baik, penuh hormat dalam setahun sekali saja, akan tetapi justru anak-anaknya yang berkewajiban untuk menjaga, memberikan perhatian dan taat kepadanya pada selain maksiat kepada Allah di setiap waktu dan tempat. (Majmu' Fatawa 2/301)

dinukil dari artikel dengan judul
"Fatwa-fatwa Natalan dan Hari-hari Raya Non Muslim"
Sumber: majalah As Salaam
no IV Th II 2006M/1426H
halaman 13-14



SELENGKAPNYA - sikap muslim terhadap perayaan hari ibu

kisah hakim yang bijak

Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, Iyas bin Mu’awiyah al-Muzanni diangkat menjadi Qadhi (hakim) di Bashrah. Beliau terkenal sebagai hakim yang cerdas.

Alkisah tersebarlah berita tentang kecerdasan Iyas, sehingga orang-orang berdatangan kepadanya dari berbagai penjuru untuk bertanya tentang ilmu dan agama. Sebagian iingin belajar, sebagian lagi ada yang ingin menguji dan ada pula yang hendak berdebat kusir.

Diantara mereka ada Duhqan (seperti jabatan lurah di kalangan Persia dahulu) yang datang ke majelisnya dan bertanya:

Duhqan: “Wahai Abu Wa’ilah, bagaimana pendapatmu tentang minuman yang memabukkan?”

Iyas: “Haram!”

Duhqan: “Dari sisi mana dikatakan haram, sedangkan ia tak lebih dari buah dan air yang diolah, sedangkan keduanya sama-sama halal.”

Iyas: ”Apakah engkau sudah selesai bicara, wahai Duhqan, ataukah masih ada yang hendak kau utarakan?”

Duhqan: ” Sudah, silahkan bicara!”

Iyas: ”Seandainya kuambil air dan kusiramkan ke mukamu, apakah engkau merasa sakit?”

Duhqan: ”Tidak!”

Iyas: ”Jika kuambil segenggam pasir lalu kulempar kepadamu, apakah terasa sakit?”

Duhqan: ”Tidak!”

Iyas: ”Jika aku mengambil segenggam semen dan kulemparkan kepadamu, apakah terasa sakit?”

Duhqan: ”Tidak!”

Iyas: ”Sekarang, jika kuambil pasir, lalu kucampur dengan segenggam semen, lalu aku tuangkan air diatasnya dan kuaduk, lalu kujemur hingga kering, lalu kupukulkan ke kepalamu, apakah engkau merasa sakit?”

Duhqan: ”Benar, bahkan bisa membunuhku!”

Iyas: ”Begitulah halnya dengan khamr. Disaat kau kumpulkan bagian-bagiannya lalu kau olah menjadi minuman yang memabukkan, maka dia menjadi haram.”

Sumber: Mereka adalah Tabi’in, oleh: Dr. Abdurrahman Ra’fat Basya, hal. 70-71




SELENGKAPNYA - kisah hakim yang bijak

jika engkau ingin bermaksiat kepada ALLAH SWT

Dikisahkan bahwa seorang laki-laki pernah mendatangi Ibrahim
bin Adam dan berkata, ”Wahai Abu Ishaq, aku terus-menerus
mencelakai diriku, dan aku berpaling dari segala sesuatu yang mengajakku untuk memperbaiki hidupku.”

Ibrahim berkata: ”Jika engkau memenuhi lima syarat, perbuatan dosa tidak akan pernah membahayakanmu dan engkau dapat
memenuhi hawa nafsumu sebanyak yang kau inginkan.”

”Beritahukan kepadaku syarat-syarat itu,” kata laki-laki itu.
”Yang pertama, jika engkau ingin bermaksiat kepada Allah, maka janganlah makan dari rizki (yang diberikan)-Nya.” kata Ibrahim.

”Lalu apa yang dapat kumakan, karena semua yang ada di di bumi adalah rizki dari- Nya?” kata laki-laki itu.

”Dengar,” Ibrahim berkata, ”Apakah masuk akal ketika engkau makan dari rizki-Nya sementara engkau bermaksiat kepada-Nya?”

”Tidak.” Kata laki-laki itu. ”Apa syarat yang kedua?”

”Jika engkau ingin bermaksiat kepada Allah, maka janganlah hidup di atas tanah-Nya.” Kata Ibrahim.

”Ini bahkan lebih buruk dari yang pertama. Semua yang membentang di Barat dan di Timur adalah milik-Nya. Lalu dimana aku
akan tinggal?”

”Dengar, ” Ibrahim berkata, ”Jika engkau terus-menerus durhaka kepada-Nya dan makan dari rizki-Nya dan tinggal di tanah-
Nya, setidaknya carilah tempat dimana Dia tidak dapat melihatmu, dan bermaksiatlah kepada-Nya disana.”

”Wahai Ibrahim!” laki-laki itu berseru, ”Bagaimana aku dapat melakukannya, sedangkan Dia Maha Mengetahui bahkan rahasia terdalam yang ada dalam dada manusia? Apa syarat keempat?” Dia
bertanya dengan nada putus asa.

”Bila malaikat maut datang untuk mengambil nyawamu, maka katakan kepadanya: ”beri aku tangguh, agar aku dapat melakukan taubat
nasuha dan melakukan amal kebaikan.”

”Bila waktunya tiba, malaikat tak akan mengabulkan permohonanku.” kata laki laki itu.

”Dengar,” Ibrahim berkata, ”Jika engkau tidak dapat menunda kematian untuk bertaubat, lalu bagaimana engkau berharap akan selamat?”

”Katakan kepadaku syarat yang kelima,” kata laki-laki itu. ”Bila malaikat penjaga neraka datang untuk membawamu pergi pada hari Kiamat , jangan pergi bersamanya.”

”Merek a t ida k akan melepaskanku, ” seru lak i laki itu.
”Lalu bagaimana engkau berharap akan selamat?” tanya Ibrahim.

”Hentikan, hentikan! Itu cukup bagiku, ” kata laki-laki itu. ”Aku memohon ampun kepada Allah dan aku sungguh bertaubat kepada- Nya.”

Sejak hari itu, laki-laki itu kemudian menghabiskan hidupnya untuk beribadah kepada Allah.

Sumber: Story of Repentance o l e h: Muhammad Abduh Maghawiri




SELENGKAPNYA - jika engkau ingin bermaksiat kepada ALLAH SWT

Selasa, 22 Desember 2009

bukan cinta kira-kira

Siapapun orang yang mencintai seseorang pasti akan mengharapkan cintanya berbalas. Tidak bertepuk sebelah tangan saja. Berbagai cara untuk meraih cinta sang kekasih selalu ditempuh. Seribu satu keinginan orang yang dicintai dituruti demi mendapatkan kerelaan dan balasan cintanya.

Kalau untuk mendapatkan cinta manusia saja, seseorang rela banting tulang dan menempuh berbagai cara, maka bagaimana dengan mendapatkan cinta Allah? Semestinya seseorang tambah semangat untuk meraihnya. Dan harus melebihi cara yang ditempuh untuk mendapatkan cinta manusia. Karena memang hanya Allah satu-satunya Dzat yang layak diberikan sepenuh cinta ibadah. Yah, tak semua orang bisa memaknai cinta seperti ini dengan benar. Hanya mereka yang beriman saja yang mampu mendewasakan diri dengan cinta yang hakiki, yaitu cinta yang tanpa pesaing sama sekali.
“Sedangkan orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.” (Al Baqarah: 165)

Bukan dengan Dugaan
Cinta pada Allah tidak bisa diraih dengan perkiraan, dugaan apalagi ramalan. Kita tidak bisa mengatakan bahwa perbuatan tertentu adalah hal yang membawa balasan cinta Allah. “Mungkin Allah mencintai ini. Dugaan saya Allah suka perbuatan itu.” Semua ini tidak benar.
Cinta Allah hanya bisa diraih dengan menjalankan perbuatan yang secara pasti dicintai Allah, dan hal tersebut telah diterangkan oleh Allah dan Nabi Muhammad. Lalu perbuatan apa saja yang dicintai oleh Allah? Dan menyebabkan kita dicintai Allah bila kita melakukan perbuatan tersebut? Pertanyaan ini terjawab dengan firman Allah sendiri yang disebutkan oleh Rasulullah dalam sebuah hadits. Rasulullah pernah bersabda, “Allah berfirman, “Barangsiapa memusuhi waliKu maka Aku menyatakan perang terhadapnya. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu perbuatan fardhu yang Aku aku sukai yang perintahkan kepada-Nya. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri melakukan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya, maka jadilah Aku sebagai pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, sebagai penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, sebagai tangannya yang ia gunakan untuk memegang, dan sebagai kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya, dan jika ia mohon perlindungan, pasti akan Aku berikan perlindungan kepadanya.” (Riwayat Al Bukhari)
Amalan yang fardhu (wajib) memiliki rangking tertinggi dalam meraih kecintaan Allah I. Inilah amalan yang paling dicintai oleh Allah, dan yang harus didahulukan oleh seorang manusia dibandingkan amalan-amalan yang lain. Dengan demikian, bila kita ingin meraih cinta Allah maka kita harus bersungguh-sungguh dalam menjalankan semua kewajiban yang dibebankan Allah kepada kita. Contohnya adalah menjalankan shalat fardhu lima waktu, menjalankan puasa Ramadhan, berbuat adil, berbakti kepada kedua orang tua, beramal kebaikan, menyambung kekerabatan, memakai jilbab bagi muslimah dan kewajiban-kewajiban yang lain.

dicopas dari Elfata Online
SELENGKAPNYA - bukan cinta kira-kira

Sabtu, 12 Desember 2009

memuja akal

Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan manusia adalah sebagai makhluk yang penuh dengan kekurangan. Dalam semua sisi kehidupan, kekurangan yang melekat pada manusia ini menyebabkan kemampuan yang dimiliki menjadi sangat terbatas.
Salah satu keterbatasan manusia itu adalah kemampuan akalnya. Setiap manusia yang masih bersih fitrahnya akan mengakui hal ini. Akal manusia tidak akan mampu mengetahui hakikat sesuatu secara sempurna, terlebih bila hakikat itu meliputi berbagai permasalahan.

Fungsi akal manusia yang paling besar adalah untuk mengetahui hakikat kebenaran. Apa kebenaran sejati itu? Sekali lagi, bagi orang yang fitrahnya masih suci, akan mengakui bahwa hanya dengan akalnya, seorang manusia tidak akan mencapai kebenaran sejati. Ia akan mengakui untuk mengetahui kebenaran harus melalui bimbingan Penciptanya yaitu Allah.

Namun tidak demikian dengan orang-orang yang terlalu “percaya diri” dengan kemampuan akalnya. Orang-orang yang merupakan penerus dari paham Mu’tazilah ini merasa tidak butuh dengan bimbingan Allah untuk mengetahui kebenaran. Tidak cukup sampai di situ, bahkan dengan lancangnya mereka “mengobrak-abrik” syariat Allah yang menurut akal mereka bukan merupakan kebenaran.

Di Indonesia gerakan ini sudah berlangsung cukup lama, antara lain dipelopori oleh Nurcholis Madjid, Munawir Syadzali, Ahmad Wahib, Harun Nasution, dan lain-lain. Kini, para pengusung madzhab ini bergabung dalam sebuah “sindikat” bernama Jaringan Islam Liberal (JIL) yang dikomandani oleh Ulil Abshar Abdalla. Di wadah inilah, ide-ide gila mereka dikeluarkan secara lebih intens.

Ciri gagasan gila mereka adalah berisi gugatan (protes) terhadap syariat Allah yang menurut mereka tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan akal mereka. Hampir semua sendi agama ini telah digugat mereka, seperti syariat tentang jilbab, hukum had, qishash, jenggot, jihad, larangan perkawinan antar agama, hukum waris, makna syahadat, kebenaran Al Qur’an, dan yang paling tinggi adalah gugatan terhadap Islam sebagai satu-satunya agama yang benar. (www.islamlib.com)

Intinya, mereka tidak setuju dengan aturan-aturan Allah itu dan kemudian memunculkan gagasan yang berlawanan dengannya.
Seperti gagasan bahwa semua agama selain Islam adalah benar, telah lama dilontarkan oleh mereka. Di antaranya oleh orang yang mereka anggap sebagai pelopor gerakan “Pembaharu Pemikiran Islam” di Indonesia, Ahmad Wahib. Anak muda yang tidak diketahui dimana belajar agama ini berkata: “Aku bukan nasionalis, bukan Katolik, bukan sosialis. Aku bukan Budha, bukan Protestan, bukan westernis. Aku bukan komunis. Aku bukan humanis. Aku adalah semuanya. Mudah-mudahan inilah yang disebut muslim. Aku ingin orang memandang dan menilaiku sebagai suatu kemutlakan (absolute entity) tanpa menghubung-hubungkan dari kelompok mana aku termasuk serta dari aliran mana saya berangkat.” (Pergolakan Pemikiran Islam: Catatan Harian Ahmad Wahib)

Ahmad Wahib yang kesehariannya sering bergaul dengan para romo Katolik dan mendapat banyak ‘kebaikan’ dari mereka berkata tentang teman dekatnya itu: “Aku tak yakin apakah Tuhan tega memasukkan romoku itu ke neraka.” (Pergolakan Pemikiran Islam: Catatan Harian Ahmad Wahib)

Dengan berbagai pernyataan yang nyleneh itu, dalam usia yang masih muda Ahmad Wahib telah menjadi “tokoh” nasional kebanggaan salibis. Pujian setinggi langit untuk Ahmad Wahib banyak menghiasai media massa salibis semasa hidupnya (Ahmad Wahid meninggal dalam usia 31 tahun dalam sebuah peristiwa kecelakaan).
Seruan yang sama juga sering dilontarkan Nurcholis Madjid dengan slogan pluralismenya. Intinya sama, yakni menyerukan bahwa semua agama memiliki kebenaran yang sama.

Tokoh lainnya yang cepat “naik daun” karena lebih berani (dan lebih lucu) dalam mengeluarkan pernyataan-pernyataannya adalah Ulil Abshar Abdalla (pentolan Jaringan Islam Liberal/JIL). Tentang kebenaran agama selain Islam, Ulil Abshar mengatakan: “Semua agama sama, semuanya menuju jalan kebenaran. Jadi, bukan Islam yang paling benar.”
Dalam buku Fikih Lintas Agama (FLA) hal. 214 disebutkan: Ayat yang lebih tegas tentang keselamatan agama-agama lain adalah Surat Al-Baqarah ayat 62.
Dalam buku yang sama hal. 20, disebutkan: Kesamaan dan kesatuan semua agama para nabi juga ditegaskan oleh Nabi sambil digambarkan bahwa para nabi itu satu saudara lain ibu, namun agama mereka satu dan sama. Salah satunya adalah hadits Al-Bukhari, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Aku lebih berhak atas ‘Isa putra Maryam di dunia dan di akhirat, para nabi adalah satu ayah dari ibu yang berbeda-beda dan agama mereka adalah satu.”
Pada hal. 21 disebutkan: …penjelasan tersebut menegaskan prinsip-prinsip hubungan antar agama yang dapat diturunkan dari Al Qur’an yang menegaskan adanya pluralisme agama.
Kutipan-kutipan di atas memuat kesimpulan berikut ini:
- Bukan Islam yang paling benar.
- Agama-agama selain Islam adalah agama yang selamat.
- Pluralisme agama dibenarkan Al Qur’an dan hadits Nabi.
Bantahan:
Mereka berkesimpulan bahwa bukan Islam yang paling benar. Yang lain, apapun agama itu –demikian yang tampak dari ucapannya– juga benar. Bahkan mungkin lebih benar dari Islam. Demikian yang dipahami dari ucapan mereka.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ إِنْ يَقُوْلُوْنَ إِلا كَذِبًا
“Sungguh besar kalimat yang keluar dari mulut mereka, mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta.” (Al-Kahfi: 5)
Sesungguhnya seorang muslim yang masih suci fitrahnya tahu kebatilan ucapan ini. Kalimat ini adalah ucapan kufur dan merupakan perkataan tentang agama Allah tanpa ilmu. Namun jika hati tertutup, siapapun dia tidak akan mengetahui kebatilannya, bahkan lebih parah karena hal itu dianggap sebagai sesuatu yang benar. Alasannya sepele: “Semua agama sama, semuanya menuju jalan kebenaran.” Dengan mudahnya ia menyimpulkan dengan akalnya. Apakah setiap orang yang menuju kepada kebenaran itu akan sampai? Tentu jawabnya tidak. Ibnu Mas’ud mengatakan: “Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan tapi tidak mendapatkannya.”

Ini adalah sesuatu yang sama-sama kita saksikan. Tidak akan memungkirinya kecuali orang yang congkak. Kalau jalan Yahudi, Nashrani, Majusi dan agama lain itu benar, untuk apa Nabi mengajak mereka masuk Islam, dan ketika mereka menolak terjadi permusuhan dan pertumpahan darah? Bagaimana kemudian dianggap agama selain Islam lebih benar?! Fa’tabiru ya Ulil Abshar! (maka hendaknya engkau perhatikan wahai orang yang memiliki pandangan).
Kesimpulan kedua, agama lain selain Islam adalah agama yang selamat, artinya tidak dimurkai Allah dan (para penganutnya) tidak diadzab.

Tentu ini bukan ucapan seorang muslim dan tak ada seorang muslim yang hakiki kecuali tahu betapa batil, sesat, dan kufurnya kalimat ini. Sayangnya ia mengelabuhi orang dengan berdalil surat Al-Baqarah ayat 62:
إِنَّ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَادُوْا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِيْنَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nashrani dan orang-orang Shabi’in, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal shalih, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran pada mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.” Ia memahami ayat tersebut dengan akal yang sudah terkotori oleh noda pluralisme, sehingga menganggap masing-masing dari Yahudi dan Nashrani benar dan selamat.
Ibarat mereka seperti orang yang membaca ayat yang artinya “Celaka orang yang shalat…” (Al-Ma’un: 4) lalu berhenti dan tidak diteruskan. Atau ayat “Jangan kalian mendekati shalat…” dan tidak dibaca kelanjutan ayatnya (yang berbunyi) “dalam keadaan kalian mabuk.” (An-Nisa: 43)
Sungguh ini adalah akhlak Yahudi yang beriman dengan sebagian ayat dan kafir dengan sebagian yang lain.
أَفَتُؤْمِنُوْنَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُوْنَ بِبَعْضٍ فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذَلِكَ مِنْكُمْ إِلاَّ خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّوْنَ إِلَى أَشَدِّ الْعَذَابِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ
“Apakah kamu beriman kepada sebagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tiada balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia. Dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” (Al-Baqarah: 85)

Bukankah kita dalam memahami ayat Al Qur’an harus merujuk kepada ayat lain yang menjelaskannya, demikian pula merujuk kepada hadits Nabi yang Allah pasrahi untuk menjelaskan Al Qur’an? Dikemanakan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيْحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُوْنَ. اتَّخَذُوْا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُوْنِ اللَّهِ وَالْمَسِيْحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوْا إِلاَّ لِيَعْبُدُوْا إِلَهًا وَاحِدًا لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ
“Orang-orang Yahudi berkata: ‘Uzair itu putera Allah’, dan orang Nashrani berkata: ‘Al Masih itu putera Allah’. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling? Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (At-Taubah: 30-31)
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوْا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ قُلْ فَمَنْ يَمْلِكُ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا إِنْ أَرَادَ أَنْ يُهْلِكَ الْمَسِيْحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَأُمَّهُ وَمَنْ فِي اْلأَرْضِ جَمِيْعًا وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا يخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: ‘Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam’. Katakanlah: ‘Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al Masih putera Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi semuanya?’ Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al-Maidah: 17)
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيْحُ يَابَنِيْ إِسْرَائِيْلَ اعْبُدُوْا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِيْنَ مِنْ أَنْصَارٍ. لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوْا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلاَثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلاَّ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوْا عَمَّا يَقُوْلُوْنَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: ‘Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putera Maryam’, padahal Al Masih (sendiri) berkata: ‘Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu’. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya al-jannah, dan tempatnya ialah an-naar, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: ‘Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga’, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” (Al-Maidah: 72-73)
Dan sekian banyak ayat dan hadits lain yang dengan sangat tegas mengkafirkan mereka (Yahudi dan Nashrani). Bagaimana mereka dikatakan selamat, padahal Allah Subhanahu wa Ta'ala mengubah mereka menjadi babi dan kera:
قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِنْ ذَلِكَ مَثُوْبَةً عِنْدَ اللَّهِ مَنْ لَعَنَهُ اللَّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيْرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوْتَ أُولَئِكَ شَرٌّ مَكَانًا وَأَضَلُّ عَنْ سَوَاءِ السَّبِيْلِ
“Katakanlah: “Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasiq) itu di sisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut?” Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.” (Al-Maidah: 60)
Allah Subhanahu wa Ta'ala melaknati mereka dengan lisan Dawud dan ‘Isa:
لُعِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ
“Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan ‘Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.” (Al-Maidah: 78)
Allah Ta'ala mengatakan:
قُلْ فَلِمَ يُعَذِّبُكُمْ بِذُنُوْبِكُمْ
“Katakanlah, mengapa Allah mengadzab kalian dengan dosa-dosa kalian?” (Al-Maidah: 18)
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya):
“Tidaklah mendengar (seruan) aku seorang Yahudi atau Nashrani lalu tidak beriman dengan apa yang aku diutus dengannya kecuali ia termasuk ahli neraka.” (Shahih, HR. Muslim)

Kalau kita perhatikan baik-baik ayat yang dipakai sebagai dalil oleh mereka (QS. Al-Baqarah: 62), akan nampak bahwa ayat tersebut sama sekali tidak mendukung paham pluralisme dan maha suci Kalamullah untuk dikatakan mendukung pluralisme.
Bukankah ayat tersebut memberikan syarat, yaitu beriman kepada Allah? Apakah Yahudi dan Nashrani atau Majusi beriman kepada Allah? Jawabnya, tidak! Karena beriman kepada Allah bukan hanya beriman dengan adanya Allah. Bila hanya percaya dengan keberadaan Allah maka Iblispun beriman, orang munafiq pun beriman, dan Fir’aun pun beriman.
Tidak ada yang mengatakan demikian kecuali orang yang sejenis mereka. Iman kepada Allah mencakup keimanan tentang adanya Allah dan keesaannya yang tiada sekutu baginya. Sedangkan Yahudi menyekutukan Allah dengan ‘Uzair, dan Nashrani menyekutukan Allah dengan Nabi ‘Isa 'alaihissalam.

Diantara keimanan kepada Allah adalah meyakini uluhiyyah Allah yakni memberikan ibadah hanya kepada Allah dan meyakini hal itu. Sedangkan Yahudi dan Nashrani mereka beribadah kepada selain Allah bahkan kepada pendeta-pendeta.

Ayat itu juga memberikan syarat dalam beramal shalih. Yahudi dan Nashrani tidak melakukan amal shalih karena syarat amal shalih tidak mereka penuhi. Di antaranya yang merupakan syarat dasar yaitu iman, tidak mereka penuhi. Kemudian ikhlas, mereka juga tidak penuhi karena mereka beramal untuk selain Allah.

Bagaimana mungkin mereka dikatakan selamat sementara tidak memenuhi syarat-syarat sebagai orang yang beriman.
Pahamilah wahai yang berakal sehat. Jadi ayat ini berlaku bagi mereka yang memenuhi syarat-syarat tersebut. Dan ini berlaku sebelum datangnya Islam. Oleh karenanya Ibnu ‘Abbas radhiallahu 'anhuma mengatakan bahwa setelah itu turunlah ayat 85 Surat Ali Imran:
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ اْلإِسْلاَمِ دِيْنًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي اْلآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Zubdatuttafsir)
Di ayat lain, Allah menganggap mereka bukan orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir sebagaimana dalam ayat 29 Surat At-Taubah:
قَاتِلُوْا الَّذِيْنَ لاَ يُؤْمِنُوْنَ بِاللَّهِ وَلاَ بِالْيَوْمِ اْلآخِرِ وَلاَ يُحَرِّمُوْنَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ وَرَسُوْلُهُ وَلاَ يَدِيْنُوْنَ دِيْنَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِيْنَ أُوْتُوا الْكِتَابَ حَتَّى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُوْنَ
“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.”

Adapun hadits yang mereka pakai juga tidak mendukung pluralisme sama sekali. Sebab kesamaan agama para rasul itu adalah pada intinya yaitu agama tauhid dan beribadah hanya kepada Allah. Ternyata hal ini pun dilanggar oleh para pengikut rasul, terutama setelah datangnya Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Lantas bagaimana mereka bisa dianggap sama dengan ajaran Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam?
Hadits itu juga menunjukan bahwa syariat para rasul berbeda-beda. Itu yang dimaksud –wallahu a’lam– dengan saudara sebapak lain ibu? (Lihat Syarah Shahih Muslim hadits no. 6085, Kitab Al-Fadhail)
Tapi pada prakteknya justru JIL ingin menyamakan syariat mereka semua sehingga membolehkan kawin dan waris beda agama. Tidak mungkin Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang berperang melawan Yahudi demi agama lalu menyabdakan sebuah hadits yang mendukung pluralisme agama.

Membolehkan perkawinan antar agama secara mutlak
Islam membolehkan seorang muslim menikahi wanita ahlul kitab Yahudi atau Nashrani:
وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ الْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ الَّذِيْنَ أُوْتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ إِذَا آتَيْتُمُوْهُنَّ أُجُوْرَهُنَّ مُحْصِنِيْنَ غَيْرَ مُسَافِحِيْنَ وَلاَ مُتَّخِذِيْ أَخْدَانٍ
“(Dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik.” (Al-Maidah: 5)
Tapi tentu dengan syarat-syarat tertentu, diantaranya yaitu pihak laki-laki benar-benar melakukannya untuk menjaga dari maksiat zina dan sejenisnya serta benar-benar menjauhi zina, kemudian pihak wanitanya juga demikian yaitu wanita yang menjaga diri dari perbuatan keji. Semua itu karena hikmah dan tujuan yang luhur dan itu sekilas tampak dari syarat-syarat tersebut. Untuk menjelaskan secara luas tempat ini tidaklah cukup, namun tentu kita yakin bahwa semua syariat Allah pasti demi hikmah yang tinggi yang Ia kehendaki.

Dengan hikmah-Nya pula, Allah mengharamkan sebaliknya yakni seorang wanita muslimah dinikahi orang kafir siapapun dia. Tapi kelompok JIL menganggap semuanya boleh dan hal itu diatasnamakan Islam. Ulil mengatakan: “Jadi, soal pernikahan laki-laki non muslim dengan wanita muslim merupakan wilayah ijtihadi dan terkait dengan konteks tertentu, diantaranya konteks dakwah Islam pada saat itu, yang mana jumlah umat Islam tidak sebesar saat ini, sehingga pernikahan antar agama merupakan sesuatu yang terlarang.” (Fikih Lintas Agama hal. 164)
Kesimpulan ucapannya adalah:
1. Larangan dalam menikah beda agama ini tidak jelas.
2. Larangan saat itu hanya bersifat sosial kontekstual yang dapat berubah dan bukan merupakan alasan teologi.
3. Ini dianggapnya sebagai sebuah kemajuan.
4. Boleh menikah beda agama apapun alirannya
Bantahan:
Bagaimana dia bisa mengatakan larangan itu tidak jelas? Barangkali ia tidak pernah baca Al Qur’an sampai khatam atau membaca tapi tidak tahu maknanya. Bukankah Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 221:
وَلاَ تَنْكِحُوْا الْمُشْرِكَاتِ حَتَّى يُؤْمِنَّ وَلأَمَةٌ مُؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِنْ مُشْرِكَةٍ وَلَوْ أَعْجَبَتْكُمْ وَلاَ تُنْكِحُوا الْمُشْرِكِيْنَ حَتَّى يُؤْمِنُوْا وَلَعَبْدٌ مُؤْمِنٌ خَيْرٌ مِنْ مُشْرِكٍ وَلَوْ أَعْجَبَكُمْ أُولَئِكَ يَدْعُوْنَ إِلَى النَّارِ وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ بِإِذْنِهِ وَيُبَيِّنُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ
“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke an-naar, sedang Allah mengajak ke al-jannah dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.”
Dalam ayat itu terdapat dua larangan:
1. Menikahi wanita musyrik.
2. Menikahkan wanita muslimah kepada laki-laki musyrik.
Dan ahlul kitab itu termasuk musyrik berdasarkan firman Allah dalam At-Taubah ayat 31:
اتَّخَذُوْا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُوْنِ اللَّهِ وَالْمَسِيْحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوْا إِلاَّ لِيَعْبُدُوْا إِلَهًا وَاحِدًا لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (Lihat Tafsir Adhwa-ul Bayan, 1/143)
Diriwayatkan bahwa Ibnu ‘Umar radhiallahu 'anhuma mengatakan: “Saya tidak tahu ada syirik yang lebih besar daripada seseorang yang mengatakan bahwa Tuhannya adalah ‘Isa.”

Namun keumuman larangan yang pertama yakni menikahi wanita musyrik, telah diberi kekhususan yaitu bahwa wanita musyrik dari kalangan ahlul kitab dengan syarat-syaratnya boleh dinikahi lelaki muslim sebagaimana terdapat dalam Surat Al-Maidah ayat 5. Adapun larangan yang kedua maka itu tetap pada keumumannya. Sehingga lelaki siapapun baik dari Yahudi, Majusi, Nashrani dan yang lain maka haram menikahi seorang wanita muslimah. Ayat itu jelas dan itu merupakan ijma’ (kesepakatan) umat seperti kata Ibnu Katsir dalam tafsir ayat ini dan Al-Imam Asy-Syaukani.Bagaimana kemudian Ulil mengatakan tidak jelas dalil yang melarangnya?

Lebih jelas lagi Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
لاَ هُنَّ حِلٌّ لَهُمْ وَلاَ هُمْ يَحِلُّوْنَ لَهُنَّ
“Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka.” (Al-Mumtahanah: 10)
Adapun alasan bahwa larangan itu bersifat kontekstual, inilah yang kami maksud memahami ayat atau hadits yakni agama ini dengan akal yang mengakibatkan pemahaman itu berbalik yakni menolak hukum ayat tersebut.
Yang demikian pasti terjatuh dalam kesesatan. Buktinya, sekilas kita melihat di awal dia katakan bahwa dalil yang melarang tidak jelas. Artinya, secara halus ia mengingkari adanya larangan. Lalu di saat lain ia katakan larangan itu bersifat kontekstual, artinya ia akui adanya larangan. Bukankah ini tanaqudh (terjadi kontradiksi) antar ucapannya sendiri?!

Cukup pembaca yang budiman mengetahui batilnya pendapat itu, dengan melihat hasil akhirnya adalah mengingkari ayat dan hadits yang melarangnya.
Kemudian sesungguhnya larangan itu sebabnya tidak seperti yang dia ungkapkan. Sebab kalau kita perhatikan ayat tersebut, Allah telah menyebutkan hikmah syariat itu di akhir ayat: أُولَئِكَ يَدْعُوْن إِلَى النَّارِ “...mereka mengajak ke an-naar…”
Asy-Syaukani mengatakan: “Dengan mushaharah (pernikahan), berkeluarga serta hidup bersama dengan mereka terdapat bahaya besar terhadap wanita yang menikah dengan mereka dan terhadap anaknya. Maka tidak boleh bagi kaum mukminin untuk mencampakkan diri dalam (fitnah) ini dan masuk padanya.” Kata beliau juga sebelumnya: “Hal itu karena ada penghinaan terhadap Islam.” (Lihat Zubdatuttafsir hal. 44). Dan hikmah seperti ini terus berlaku tidak hanya di zaman Nabi.

Hikmah ini tentu berbeda ketika pihak laki-laki adalah seorang muslim dan wanitanya ahlul kitab. Tidak seorangpun memungkiri kecuali orang yang tidak bisa diajak berfikir, apalagi memahami dalil. Dan tentu di sana terdapat lebih banyak lagi hikmah lain yang tidak cukup untuk diuraikan di sini atau belum kita ketahui. Yang jelas Allah Maha Hakim.
Dengan gugurnya dua alasan orang-orang JIL ini, maka gugurlah secara otomatis hukum yang mereka tentukan. Dan tetap tegarlah hukum Allah sepanjang zaman.
Ini hanya contoh dari pendapat-pendapat mereka yang nyleneh dari sekian banyak pendapat. Namun semua pendapat mereka itu kebatilannya tidak jauh dari apa yang dicontohkan, bahkan mungkin lebih batil, lebih berbahaya dan juga lebih lemah dari sarang laba-laba.

Mereka mesti bertaubat kepada Allah dan mesti tahu bahwa mereka amat sangat lemah untuk bicara dalam agama. Ini kalau mereka tidak punya niat jelek dan jahat terhadap Islam dan muslimin. Sungguh Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوْءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُوْلُوْا عَلَى اللَّهِ مَا لاَ تَعْلَمُوْنَ
“Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (Al-Baqarah: 169)
Bagi kaum muslimin hendaknya menjauhi mereka sejauh-jauhnya, juga buku dan siaran serta uraian mereka demi keselamatan agama.

Ingatlah sabda Nabi yang artinya: “Akan datang tahun-tahun yang menipu, yang dusta dianggap jujur, yang jujur dianggap dusta, yang khianat dianggap amanah dan yang amanah dianggap khianat dan pada tahun-tahun itu Ruwaibidhah pun berbicara.” Beliau ditanya: “Apa Ruwaibidhah itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Orang yang hina (yakni dangkal ilmunya) bicara dalam urusan yang besar.” (HR. Ibnu Majah dan yang lain, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’, no. 3650, lihat pula Ash-Shahihah no. 1887)

Hadits tentang akal
اَلدِّيْنُ هُوَ اْلعَقْلُ وَمَنْ لاَ دِيْنَ لَهُ لاَ عَقْلَ لَهُ
“Agama adalah akal dan barangsiapa yang tidak punya agama, maka ia tidak punya akal.”
Hadits ini atau yang semakna dengannya begitu masyhur. Tak jarang kita mendengarnya dari para khatib dan muballigh, bahkan menjadi salah satu landasan mereka yang mengkultuskan akal. Untuk mengetahui bagaimana sesungguhnya kedudukannya dalam timbangan kritik hadits, mari kita melihat penjelasan Asy-Syaikh Al-Albani, seorang ulama ahli hadits abad ini.
Beliau mengatakan: Hadits ini batil. Diriwayatkan oleh An-Nasai dalam kitabnya Al-Kuna dan Ad- Dulabi meriwayatkan darinya dalam kitabnya Al-Kuna wal Asma (2/104) melalui seorang rawi bernama Bisyr bin Ghalib bin Bisyr bin Ghalib dari Az-Zuhri dari Mujammi’ bin Jariyah dari pamannya sampai kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tanpa kalimat “Agama adalah akal.” An-Nasai mengatakan: “Hadits ini batil, mungkar.”
Saya katakan: “Sebabnya adalah karena Bisyr ini majhul (tidak dikenal) sebagaimana dikatakan oleh Al-Azdi dan disetujui oleh Adz-Dzahabi dalam kitabnya Mizanul I’tidal fi Naqdirrijal dan oleh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani dalam kitabnya Lisanul Mizan.
Al-Harits bin Abu Usamah meriwayatkan dalam Musnad-nya dari seorang rawi bernama Dawud bin Al-Muhabbir sebanyak tigapuluh sekian hadits yang menerangkan tentang keutamaan akal. Ibnu Hajar mengomentarinya: “Semuanya palsu (maudhu’).”
Diantaranya adalah hadits yang kita bahas ini, sebagaimana disebutkan oleh Al-Imam As-Suyuthi dalam kitabnya Dzailul La’ali Al-Mashnu’ah fil Ahadits Al-Maudhu’ah (hal. 4-10) dan dinukil pula dari beliau oleh Al-‘Allamah Muhammad bin Thahir Al-Hindi dalam kitabnya Tadzkiratul Maudhu’at (hal. 29-30).
Sedangkan Dawud bin Al-Muhabbir (tersebut di atas) dikatakan oleh Adz-Dzahabi:
“Dia adalah penulis buku Al-’Aql (akal). Duhai seandainya ia tidak menulisnya.” Al-Imam Ahmad mengatakan: “Dia sesungguhnya tidak tahu tentang hadits.”
Abu Hatim mengatakan: “Haditsnya lenyap, tidak bisa dipercaya.”
Ad-Daruquthni mengatakan: “(Haditsnya) ditinggalkan.”
Abdul Ghani meriwayatkan dari Ad-Daruquthni bahwa ia mangatakan: “Buku Al-’Aql (hadits-haditsnya) dipalsu oleh Maisarah bin Abdi Rabbih. Buku itu dicuri oleh Dawud bin Al-Muhabbir lalu dirangkai sendiri sanadnya, tidak seperti sanad Maisarah, lalu dicuri oleh Abdul ‘Aziz bin Abi Raja’ kemudian dicuri oleh Sulaiman bin ‘Isa As-Sijzi.”
Asy-Syaikh Al-Albani berkata: “Di antara yang perlu diingatkan bahwa seluruh hadits yang menerangkan keutamaan akal adalah hadits-hadits yang sama sekali tidak shahih, berkisar antara lemah dan palsu. Dan aku telah meneliti hadits-hadits yang disebut oleh Abu Bakr bin Abid Dunya dalam kitabnya yang berjudul Al-’Aql wa Fadhluhu (akal dan keutamaanya), maka saya dapati seperti yang tadi saya katakan, tidak sedikitpun yang shahih.”

Ibnul Qayyim mengatakan dalam bukunya Al-Manar (hal. 25): “Hadits-hadits tentang akal semuanya dusta.” (diterjemahkan dari Silsilah Al-Ahadits Adh-Dha’ifah, no. 1)
Hadits lain yang semakna:
قِوَامُ الْمَرْءِ عَقْلُهُ وَلاَ دِيْنَ لِمَنْ لاَ عَقْلَ لَهُ
“Penegak seseorang adalah akalnya dan tiada agama bagi yang tidak memiliki akal.”
Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah mengatakan: “Hadits ini maudhu’ (palsu).” Sebabnya, hadits ini diriwayatkan melalui seorang rawi bernama Dawud bin Al-Muhabbir yang telah dijelaskan di atas. (Lihat Silsilah Al-Ahadits Adh-Dha’ifah, no. 370).
Wallahu a’lam.

abul khansa



SELENGKAPNYA - memuja akal

taj mahal kisah cinta abadi

ebook karya jhon shors yang satu ini memang memukau dan pantas untuk di baca oleh kawan-kawan sebagai penambah wawasan berikut cerita singkatnya:
siapa pernah menyangka di balik keindahan dan kesucian cinta yang tercermin dari taj mahal, tersimpan keangkuhan hati manusia? atau, pernah kita menduga ketulusan cinta shah jahan kepada arjumand banu, mumtaz mahal sang penghias istana, harus ternoda oleh sisi gelap nan menyakitkan?
tatkala
taj mahal selesai dibangun, kesultanan mughal justru terkoyak dari dalam istana,perseteruan dua anak shah jahan, dara dan aurangzeb, dalam memperebutkan singgasana merak kesultanan makin memanas dan mencapai puncaknya ketika aurangzeb melakukan pemberontakan, aurazeb lalu memenggal kepala dara dan menunjukkannya di hadapan sang ayah, shah jahan.
maka berulanglah sebuah penghiyanatan terhadap hukum timurid yang diciptakan leluhur mereka,timur-i-leng:"jangan sakiti saudaramu, meski mereka pantas untuk mendapatkannya." ini takubahnya sebuah karmaakibat shah jahan membunuh saudaranya, khusrav, demi mengamankan kekuasaannya.
novel ini menyajikan kisah taj mahal dari sudut pandang berbeda; dimana cinta dan kesetiaan berbalut nafsu angkara akan tahta. melanjutkan tradisi penggambaran indah john short dalam taj mahal : kisah cinta abadi (mizan 2006), pembaca diajak menikmati eksotika india masa silam dengan segala kegemerlapannya.
buat teman teman yang pengen membaca kisah taj mahal ini silahkan saja download di sini

download ebook




SELENGKAPNYA - taj mahal kisah cinta abadi

Sabtu, 05 Desember 2009




buat anda yang ingin memasang banner di blog ini, saya menyediakan dua karegori banner
1. ukuran 125 x 126 dengan harga Rp.60.000/bulan


2. ukuran 420 x 70 dengan harga Rp.80.000/bulan




bila anda tertarik silahkan hubungi saya di email marabunta_mdc@yahoo.co.id atau kalau anda mempunyai facebook silahkan hubungi di arfik.poso@yahoo.com

terimah kasih atas kesempatan dan perhatian anda kepada blog ini



SELENGKAPNYA -

Rabu, 02 Desember 2009

mengatasi anak yang sulit di atur

ebook ini cocok buat kawan-kawan yang sudah mempunyai momongan namun bukan berarti tidak boleh di baca oleh kawan-kawan yang belum menikah atau belum punya momongan, untuk kawan-kawan yang belum menikah ini buat referensi aja, nanti kalau udah nikah baru di terapkan...
anak memang susah-susah gampang ngaturnya, bayangkan aja, anak yang normal bisa sesekali membuat sikap tidak menyenangkan, namun bagaimana jika anak kawan-kawan selalu pemarah, suka melawan, sering membantah, tidak mau di suruh dan suka mencela? jika demikian, buku ini sangat tepat untuk kawan-kawan
penulis buku ini memberikan panduan-panduan untuk mengatasi masalah perilaku anak anda. masalah ini harus segera diatasi ketika mereka masih anak-anak sebab jika tidak, sikap-sikap buruk itu akan berlanjut hingga dewasa.
buku ini memberikan kiat-kiat, keterampilan, dan informasi yang anda butuhkan untuk mengidentifikasi, menghadapi dan memperbaiki masalah perilaku anak.
setelah membaca buku ini anda akan dapat membangun hubungan yang lebih positif, saling menyayangi, saling menghargai dan nyaman dengan anak anda, dikemas dengan informasi yang praktis, ditulis secara profesional dan penuh cinta, buku ini akan memberi anda saran saran, pengetahuan dan kabar gembira :tidak ada anak yang sulit di atur
judul buku : mengatasi anak yang sulit di atur

karya : C. Drew Edwards
penerjemah : Oetih F.D
terbitan : Minneapolis 1999
halaman : 384 lembar
format fail : aplikasi DNL
ISBN : 979-3659-65-3

buat kawan-kawan yang berminat untuk membaca buku ini silahkan download aja di sini tunggu apa lagi???
atau klik download di bawah
et.....jangan lupa komentarnya ya hehehehe.....

DOWNLOAD EBOOK




SELENGKAPNYA - mengatasi anak yang sulit di atur
 

Blog Tetangga

komunitas blogger kader hijau hitam blog asal asalan wahana poso/> tuLisan byasa Temenan Yoo
Image and video hosting by TinyPic />

Follow Me

putra phatinjo Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template